Tiga Bulan Setelah Jokowi Effect, Pembuat Jaket Indonesia Kian Berkibar

Siapapun setuju, sukses gak bisa diraih secara dadakan alias instan, termasuk dalam dunia usaha. Butuh kerja keras dan perjuangan relatif lama agar usaha sukses.

Kerja keras memang syarat mutlak, tapi untuk poin kedua, masih bisa dinego. Saat menemukan momen dan efek “booming”, sebuah usaha bisa sukses dadakan, bahkan ketika baru dirintis beberapa bulan saja.

Adalah Never Too Lavish, yang sudah membuktikannya sendiri. Bisnis custom painting dan decon-recon bikinan sekelompok anak-anak muda ini sudah bisa meraup omzet menggiurkan, hanya dalam kurun waktu delapan bulan sejak dimulai.

Apa yang mereka kerjakan memang klop dengan tren di mana kian banyak anak-anak kekinian yang berlomba-lomba ingin menyandang predikat hypebeast. Mereka ingin tampil maksimal dengan fashion dan aksesoris branded. Itu pertama.

Namun, apa yang benar-benar membuat Never Too Lavish meroket adalah “the Jokowi effect”. Dapat pesanan custom jaket dari orang nomor satu di Indonesia, Never Too Lavish bak dapat “durian runtuh” dalam bentuk promosi gratis yang bisa dibilang paling efektif saat ini.

Siapa sebenarnya mereka dan apa yang mereka tawarkan lewat bisnisnya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Berawal dari jualan barang branded

Cukup berbeda dengan konsep bisnis mereka sekarang, Never Too Lavish berawal dari usaha jualan barang branded. Memanfaatkan hubungan baik dengan sejumlah teman yang doyan travelling ke luar negeri, mereka titip beli barang-barang branded yang gak dipasarkan di Indonesia, lalu menjualnya kembali di Instagram.

Lambat laun, mulai ada permintaan customize barang. Tapi, proses customization di luar negeri biasanya makan waktu lama dan mahal pula. Audi, salah satu owner, putar otak untuk memanfaatkan peluang ini dan akhirnya memutuskan bekerja sama dengan seorang seniman lokal yang bernama Bernhard Suryaningrat.

Bergabungnya Bernhard sebagai leading artist mengubah total ‘wajah’ Never Too Lavish. Mereka tak lagi jualan barang-barang branded, dan sejak saat itu jadi bisnis custom barang-barang fashion branded.

Konsepnya simple, mereka membuatkan lukisan atau hand painting di barang-barang milik konsumen. Barang-barang tersebut, yang pastinya bermerek, bisa berupa tas, dompet, sepatu, jaket, dan lain sebagainya.

View this post on Instagram

Black Panther Progress on AJ1 #wakandaforever

A post shared by NEVERTOOLAVISH (@nevertoolavish) on

Untuk order hand painting ini, Never Too Lavish membanderolnya dengan tarif beragam, mulai dari Rp 1,5 juta sampai Rp 8,5 juta . Harga disesuaikan dengan ukuran gambar yang dibuat.

Merambah ke decon-recon

Masih di ranah custom, Never Too Lavish mencoba jasa yang sedikit lebih rumit, hanya beberapa bulan saja sejak berdiri. Mereka menjajal jasa decon-recon alias dekonstruksi dan rekonstruksi.

Sesuai namanya, mereka mengganti material sebuah barang dengan material lainnya. Kebanyakan barang konsumen yang jadi objek decon-recon adalah sepatu-sepatu branded.

Prosesnya, sepatu akan didekonstruksi alias dibedah. Kemudian, material bawaan dari pabrik akan diganti dengan material tertentu atas permintaan klien. Bisa kulit ular, kulit buaya, sampai kulit item fashion branded macam tas Luis Vuitton yang dikelupas dan dijadikan material pengganti material bawaan sepatu.

Untuk decon-recon ini, Never Too Lavish memasang ongkos di kisaran Rp 10-15 juta buat material suede, kulit buaya, dan kulit ular. Sementara itu, untuk material branded item, mereka memasang di angka Rp 15-16 juta.

Bermodal cuma 50 juta

Belum ada Komentar untuk "Tiga Bulan Setelah Jokowi Effect, Pembuat Jaket Indonesia Kian Berkibar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel