Pernah Rasakan Pahitnya Hidup, Orang Terkaya ke 108 Ini Dirikan Sriwijaya Air

Operasional Sriwijaya Air dan Nam Air kini resmi diambil alih Citilink Indonesia, anak perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk. Tindakan ini gak lain adalah upaya buat menyehatkan keuangan Sriwijaya Air yang lagi terlilit utang.

Waduh, terlilit utang? Memangnya berapa sih besarnya utang dari Sriwijaya?

Seperti yang dilansi dari Kompas, Sriwijaya punya total utang ke Garuda Indonesia sekitar Rp 355 miliar! Banyak juga ya utangnya. Maklum aja, ini adalah bisnis maskapai yang modal dan operasionalnya gede banget.Keputusan kerja sama operasional ini juga disambut CEO Sriwijaya Air Chandra Lie. Beliau gak keberatan sama keputusan ini lantaran Garuda adalah maskapai terbaik dan terbesar di Indonesia.

Bicara soal pendiri maskapai swasta ini, Chandra Lie masuk dalam daftar orang terkaya ke 108 versi Globe Asia. Total kekayaannya juga gede lho, mencapai US$ 320 juta atau Rp 4,6 triliun.

Penasaran dengan sepak terjang beliau mendirikan maskapai ini? Berikut ulasannya yang udah dirangkum oleh MoneySmart.id.

1. Gak lulus UI dan ngerintis bisnis dari Nol

Chandra Lie sempat gak lulus dari Universitas Indonesia dan akhirnya merintis binis dari nol, (ilustrasi/Shutterstock).

Pria kelahiran Pangkal Pinang 1965 ini hijrah ke Jakarta buat melanjutkan pendidikan SMA, namun karena lulus Universitas Indonesia, dia melanjutkan usaha di bidang garmen.

Pada awalnya, Chandra memang ingin masuk UI lantaran bercita-cita jadi pengacara atau guru olahraga. Tapi, karena gak lulus akhirnya dia banting setir dan menekuni dunia usaha.

Sejatinya, Brava Radio menyebutkan kalau usaha garmen itu adalah usahanya. Namun seperti yang dilansir dari Kontan menyebut bahwa Chandra gak punya usaha di garmen, dia adalah seorang salesman.

Terlepas dari apakah itu usahanya atau bukan, tetap saja, Chandra dulu sama sekali gak punya pengalaman di bidang aviasi.

2. Pindah haluan usaha karena susah pulang kampung

Chandra Lie sempat pindah haluan usaha saat pulang kampung, (Ilustrasi/Shutterstock).

Singkat cerita, usaha garmen yang dia jalani ternyata berbuah manis. Berkat jerih payah Chandra, bisnis garmen itu akhirnya punya banyak inventaris. Konon kabarnya, sudah ada 150 mesin jahit yang dioperasionalkan di sana.

Alhasil, Chandra pun menyerahkan usaha ini ke rekannya sendiri. Dan dirinya pun mulai serius di bisnis tour and travel (Rajawali Tour and Travel 1994).

Keputusannya untuk terjun ke bisnis itu disebabkan karena dirinya sulit pulang ke kampung halaman di Bangka Belitung. Kalau naik kapal, bisa sampai 7 hingga 11 jam. Udah gitu belum tentu dapat tiketnya juga.

Yang bikin ngenes adalah selama tiga hari di laut, ternyata kapal harus balik ke Jakarta karena ombak besar. Coba kalau naik pesawat, pasti lebih praktis bukan?

Dari situlah dia mulai menekuni usaha sewa pesawat jenis Fokker hingga Boeing dari beberapa perusahaan seperti Pelita Air, Bouraq, Nurman Avia, dan sebagainya. Dari situlah dirinya mulai terobsesi mendirikan maskapai.

3. Mulai sibuk mendirikan maskapai tahun 2000

Di tahun 2000 an, Chandra Lie memulai merintis maskapai penerbangan yang ia bangun, (Ilustrasi/Shutterstock).

Tahun 2000 tampaknya jadi tahun tersibuk Chandra karena pada saat itulah dirinya mulai berupaya mendirikan maskapai. Dia mengajukan izin ke sana-sini, namun di tahun 2003 Sriwijaya Air telah resmi berdiri.

Pada awalnya, masakapai ini cuma punya satu pesawat Boeing 737-200. Beberapa rute yang dilayani adalah Jakarta – Pangkal Pinang, Jakarta-Jambi, Jakarta Palembang, dan Jakarta Pontianak.

Bisnis itupun kian berkembang dan singkat cerita di tahun 2009, mereka sudah punya 23 pesawat lho. Dan ada lebih dari 33 rute domestik dan dua rute regional pada saat itu.

4. Sabet banyak penghargaan

Sriwijaya Air banyak mendapatkan banyak penghargaan di dunia penerbangan, (Ilustrasi/Shutterstock).

Mengingat bisnis ini sangatlah moncer, maka Sriwijaya Air berhasil menyabet berbagai penghargaan. Sebut saja seperti Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft pada 2007.

Slogan “Your Flying Partner” tampaknya benar-benar sangat mencerminkan Sriwijaya. Di tahun 2015, mereka juga dianugerahi sertifikasi Basic Aviation Risk Standard (BARS) yang dilakukan oleh Flight Safety Foundation, berbasis di Amerika Serikat.

5. Mendirikan NAM Air

Ini tampilan NAM Air yang juga besutan tangan dingin Chandra Lie, (Ilustrasi/Shutterstock).

Di tahun 2013, Sriwijaya Air pun resmi mendirikan anak usaha barunya yaitu Nam Air. Nam diambil dari nama ayah Chandra yaitu Lo Kui Nam.

Pada awal didirikan, Nam Air ditujukan buat melengkapi rute-rute penerbangan yang belum diisi oleh Sriwijaya saat itu. Sebut saja seperti Jakarta-Sorong-Jayapura langsung dan Jakarta-Kupang, serta Jakarta-Pontianak.

Chandra mengaku pendanaan buat  mendirikan Nam Air murni berasal dari Sriwijaya Air, tanpa mengajak pihak lain bekerjasama.

6. Ada banyak perusahaan di bawah Sriwijaya Air

Gak hanya membuat Sriwijaya Air dan NAM Air, Chandra Lie juga bikin banyak anak perusahaan, (Ilustrasi/Shutterstock).

Selain Nam Air, ternyata masih ada banyak perusahaan lain yang berada di bawah Sriwijaya Air.

Di sana ada National Aviation Management (NAM Flying School), sekolah penerbangan yang berbasis di Pangkal Pinang. Lalu ada juga National Aircrew Management (NAM Training Center), sekolah awak kabin di Jakarta, National Aircraft Maintenance tempat perawatan pesawat, dan Negeri Aksa Mandiri perusahaan media dengan Brand Inflight Magazine.

Lumayan banyak ya dan semuanya bergerak di bidang aviasi. Salut juga ya, padahal dulunya dia hanya seorang pebisnis garmen, sekarang bisa jadi raja penerbangan.

Seperti itulah kisah perjalanan bisnis seorang Chandra Lie, pendiri Sriwijaya Air. Cukup inspiratif, walaupun akhirnya maskapai yang dia pimpin kini terlilit utang.

Semoga dengan adanya pengambilalihan operasional ini Sriwijaya Air bisa kembali pulih dan mengudara ya! Kisah sukses dan inspirati ini bisa kamu petik lho buat yang pengin memulai berbisnis.

Buat menuju kesuksesan emang gak semuanya berjalan dengan mulus. “Proses” merupakan sahabat terbaik dalam pencapaian sebuah kesuksesan. Nah, jadi buat kamu yang mengalami kerikil-kerikil dalam berbisnis emang mesti menikmati gimana “proses” itu menemani dalam setiap langkah bisnis. (Editor: Mahardian Prawira).

Belum ada Komentar untuk "Pernah Rasakan Pahitnya Hidup, Orang Terkaya ke 108 Ini Dirikan Sriwijaya Air"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel